Maraknya Prostitusi Online di Kawasan IKN : Fenomena Sosial yang Tak Terlihat di Balik Megaproyek Negara

Posted by : admin May 24, 2025 Tags : Berita , Berita terkini , Borneo

Nusantara Di balik gegap gempita pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur, muncul sisi kelam yang perlahan mulai terlihat: tumbuh suburnya praktik prostitusi daring di kawasan megaproyek tersebut.

Tim investigasi Netizen Borneo menemukan bahwa praktik layanan seksual melalui sistem open booking online (open BO) kian marak di sekitar Kecamatan Sepaku, jantung dari lokasi pembangunan IKN. Fenomena ini melibatkan ratusan perempuan yang memanfaatkan aplikasi perpesanan dan media sosial untuk menawarkan jasa secara terselubung.

Tarif layanan berkisar antara Rp400 ribu hingga Rp700 ribu per sesi, tergantung kesepakatan antara pekerja seks komersial (PSK) dan pelanggan. Sebagian besar PSK yang beroperasi di kawasan IKN diketahui berasal dari luar Kalimantan, seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera, dan Sulawesi Selatan.

“Lumayan, di sini peminatnya tinggi. Kebanyakan pendatang, dan jarang yang nawar,” ujar seorang PSK berusia 21 tahun yang kami wawancarai secara anonim.

Sebagian PSK bekerja secara mandiri, sementara lainnya berada di bawah koordinasi “mami”, sebutan bagi perantara yang mengatur tempat tinggal hingga pelanggan.

Mereka menyebut pekerja proyek sebagai mayoritas pelanggan. Jauh dari keluarga, para pekerja pria ini mengaku layanan tersebut menjadi “kebutuhan tersendiri” di tengah tekanan pekerjaan dan kehidupan yang keras di lapangan.


Sistematis dan Terorganisir

Dari hasil observasi, para PSK menyewa penginapan di guest house sekitar Desa Bumi Harapan hingga dekat kawasan Istana Negara Garuda. Dalam praktiknya, pelanggan cukup melakukan pemesanan via aplikasi, dan transaksi pun berlangsung dengan sistematis.

“Open BO ST 600, bisa nego, ful servis, stay. Gercep, OTW sekarang,” tulis salah satu akun di aplikasi pesan singkat yang mencantumkan lokasi guest house sebagai tempat pertemuan.

Lonjakan jumlah guest house di sekitar Kecamatan Sepaku dinilai menjadi salah satu pemicu kemudahan praktik ini. Tarif penginapan yang relatif murah, mulai dari Rp350 ribu per malam, menjadi pilihan ideal bagi praktik sementara tersebut.


Risiko Kesehatan di Balik Keuntungan Finansial

Meski mengakui keuntungan finansial yang besar, para PSK ini juga menyampaikan kekhawatiran atas risiko penyakit menular seksual seperti HIV, sifilis, dan hepatitis.

Beberapa PSK mengklaim rutin melakukan pemeriksaan kesehatan dan mewajibkan pelanggan menggunakan pengaman.

“Saya selalu wajibkan pakai kondom. Kalau maksa tanpa, saya tolak. Ini bukan cuma soal uang, tapi soal keselamatan juga,” ungkap L (20), salah satu PSK yang rutin cek kesehatan dua minggu sekali.


Reaksi Masyarakat dan Kebutuhan Regulasi

Masyarakat lokal di Kecamatan Sepaku mengaku tidak heran dengan fenomena ini. Namun banyak yang merasa tidak memiliki kewenangan atau alat untuk mencegahnya.

“Sudah lama itu (prostitusi). Mereka datang dan pergi, nyewa penginapan. Sulit terpantau,” ujar Ramlan, warga Sepaku.

“Prostitusi itu gak mungkin hilang. Orang punya kebutuhan. Tinggal buka aplikasi, pasti ada yang online di sekitar sini,” tambah Andi, warga semoi.

Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran akan meningkatnya masalah sosial, terutama kesehatan masyarakat dan potensi kriminalitas terselubung. Dengan terus berkembangnya IKN, diperlukan langkah preventif dari pihak berwenang untuk mengantisipasi potensi lonjakan masalah sosial yang ditimbulkan.(Far)

 


Narahubung Media:

📞 WhatsApp: 0896-4642-1855

📧 Email: netizen.neo@hotmail.com

📱 Instagram & Threads: @netizen_neo

📘 Facebook: Netizen Borneo

🎵 Tiktok: @netizen__neo

RELATED POSTS
FOLLOW US